Pos Indonesia Dulu, Kini Dan Masa Depan (Kalian Bagian Dari Sejarahnya kah?
Tahun 80- 90an, Pos Indonesia tuh beneran jadi bagian penting dari hidup kita dulu, ya kan? Kita pasti masih inget, nungguin tukang pos tiap hari, berharap ada surat cinta dari pacar, kabar dari saudara jauh atau panggilan kerja? Surat-surat itu, walau kadang tulisannya belepotan, ada coretan atau sampulnya lecek selalu ditunggu dengan hati deg-degan..
Apalagi kartu pos lebaran, ucapan selamat tahun baru, atau sekadar salam dari teman yang lagi jalan-jalan diluar kota apalagi luar negeri kadang mereka menyisipkan kartu ‘pos wisata’ serta kalimat dalam tulisan tangan yang berseni sebagai cindera mata. Rasanya tuh personal banget, beda deh sama pesan singkat zaman sekarang seperti WhatsApp atau DM Instagram sekarang.
Dulu, membeli perangko itu bukan cuma sebagai alat bayar resmi ongkos kirim Pos. Perangko juga memiliki nilai seni dan cerita masing-masing. Kala itu, menjadi kolektor perangko adalah salah satu hobi yang keren, anggotanya dari berbagai daerah sampai belahan dunia!
Kantor Pos tidak hanya untuk berkirim surat, wesel, jual materai dan amplop, bayar PAM bulanan dan telepon rumah, tapi juga sebagai tempat kita mengirim macam jenis paket seperti paket kado ulang tahun atau souvenir dari luar kota. Sensasi setiap mrmbuka bungkusnya selalu ada rasa penasaran dan kehangatan dari si pengirim.
Tapi kini, semenjak internet datang, teknologi berkembang semakin cepat juga proses mengirim surat dan paket, bahkan dalam hitungan detik menulis pesan atau mengirim file cukup dengan aplikasi seperti WhatsApp bisa dilakukan dan langsung diterima oleh orang yang dituju dalam hitungan detik saja pun tumbuh juga pesaing jasa kirim paket dengan waktu tiba lebih cepat dengan berbagai kelebihannya.
Kehadiran aplikasi website dan media sosial pun ikut meramaikan penyampaian kabar berita terkini lebiih efesien, membuat Pos Indonesia jadi tertinggal jauh dari segi pelayanan, service dan kepraktisan.
Pada akhirnya Pos Indonesia perlahan mulai kehilangan pamornya, perlahan mulai dilupakan. Meskipun mereka sudah berusaha beradaptasi dengan zaman, tetap aja kesan lawasnya bikin mereka susah bersaing. Orang lebih pilih yang cepat dan efisien, ketimbang nunggu lama kayak zaman dulu yang harus menyediakan waktu khusus, harus pergi mendatangi kantor pos, harus mengantri, ribet harus nulis alamat/kodepos dll, kadang harus bayar parkir. Repot, tapi karena butuh akhirnya diterima saja.
Meski begitu, kenangan tentang Pos Indonesia masih lekat di ingatan bagi mereka yang pernah tumbuh dewasa di masa kejayaan Pos Indonesia. Bagi kita yang ngalamin masa-masa itu, pasti masih ada rasa kangen. Ada sensasi beda sewaktu buka surat dari amplop cokelat, melihat tulisan tangan yang khas, mengagumi perangko unik, berbagai bentuk dan wangi kertas surat dan masih banyak lagi. Semua itu, walaupun sederhana, punya tempat istimewa di hati.
Dan kini, Pos Indonesia meski ibarat mati segan hidup tak mau berusaha tetap hadir dan melayani masyarakat yang masih membutuhkannya, tapi bagi banyak orang kantor pos lebih banyak jadi sebuah kenangan ketimbang kebutuhan.
Suatu saat, Pos Indonesia mungkin pelan-pelan akan tinggal kenangan di tengah gempuran teknologi digital ini. Tapi di hati kita, dia tetap berkesan. Kenangan tentang tukang pos, pos surat pinggir jalan, perangko, kartu pos, aneka jenis kartu ucapan, aneka wangi kertas surat dan lainnya adalah bagian dari sejarah hidup yang penuh dengan momen-momen personal. Selama kita masih ingat, Pos Indonesia tidak akan pernah benar-benar hilang. Tetap ada, tersimpan manis dalam memori kita.
Sumber : klik