Tahukah Kamu? Beberapa Alasan ini yang Membuat Jogja selalu Dirindukan
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.
Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.
Daerah Istimewa ini sering diidentikkan dengan Kota Yogyakarta sehingga secara kurang tepat sering disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Walaupun memiliki luas terkecil ke dua setelah Provinsi DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional dan internasional, terutama sebagai tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali.
Nah berikut ini Homiers merupakan beberapa alasan kenapa banyak orang yang sudah pernah menginjakkan kakinya di Jogja merasa ingin kembali ke kota tersebut yang membuat jogja selalu di rindukan.
- Kenyamanan
Sesuai dengan slogannya Homiers, Yogyakarta Berhati Nyaman. Kenyamanan tinggal di Jogja secara formal diakui dalam survei Most Livable City Index 2009 dan 2011, yang menempatkan Jogja sebagai kota ternyaman. Citra kota pelajar dengan dukungan sarana lembaga pendidikan formal maupun non formal yang tersedia, memberikan kesempatan untuk pengembangan diri. Juga menurut Ikatan Ahli Perencana (IAP) melalui sebuah penelitian menempatkan Yogyakarta sebagai kota dengan indeks hunian terbaik dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia.
Keistimewaan serta kenyamanan Jogja bahkan sudah bisa Homiers rasakan begitu menginjakkan kaki di kota ini. Jika biasa menggunakan sarana transportasi berupa kereta api, biasanya kita akan turun di stasiun Tugu. Begitu menginjakkan kaki keluar dari stasiun, sudah banyak sopir taksi atau tukang becak yang menghamipirimu dengan sebelah tangan di dada, serta badan yang demi kesopanan, sedikit membungkuk.Jogja adalah kota yang punya iramanya sendiri. Tidak terburu-buru sebagaimana kota-kota besar lainnya, tapi tetap riuh dan hidup – jauh dari kata membosankan. Mungkin irama inilah yang kita semua rasakan begitu menjejakkan kaki di kota ini
- Menikmati Jogja Dengan Sederhana
Di Jogja, bukan penampilan yang membuat orang menghormatimu. Bukan baju mahal, dandanan heboh, tas bermerek, apalagi mobil mewah dan rumah besar. Perilakumu yang santun akan jauh lebih berkarisma dibandingkan benda-benda yang Homiers punya.Menikmati Jogja itu sangat sederhana. Makan siang di Angkringan, ngobrol dengan Bapak yang jual dan pembeli yg lain. Hal Tersebut sudah merupakan kenikmatan tersendiri.
Menikmati Jogja itu sederhana. Segelas Kopi Joss dgn obrolan ringan bersama teman dibawah sorot lampu kota Jogja juga merupakan kenimatan yang tak kalah hebatnya.
Sumber Gambar: http://www.thehungrydoctor.netMenikmati Jogja itu sederhana. Makan malam di angkringan, ngobrol sama teman teman saling berbagi cerita sampai larut.
- Keramah-tamahan
Salah satu alasan kenapa Jogja istimewa adalah kesadaran warganya untuk beramah tamah dan menghormati tata krama. Kesadaran ini sudah sulit ditemui di kota-kota besar lainnya di Indonesia.Jika Homiers lewat di depan beberapa orang tua yang sedang duduk-duduk di jalan, jangan langsung mlengos. Homiers tidak punya lisensi untuk bersikap cuek pada mereka! Sebaliknya, bungkukkan sedikit badanmu dan anggukkan kepalamu: “Mari, Bu/Pak…”
Jika Homiers baru selesai makan di warung, jangan langsung pergi setelah membayar. Ucapkan terima kasih dan salam: “Pareng…”
Jika seorang bapak atau ibu nggak berhenti-berhenti menatapmu, jangan heran, apalagi marah. Itu artinya, beliau menunggumu untuk menyapa. Senyumi saja, pasti ekspresi mukanya langsung berubah menjadi hangat.
Jangan kaget juga ketika Homiers ditanya: “Badhe tindak pundi?” (“Mau kemana?”) Mereka tidak sedang mau menguntitmu, kok! Homiers pun tidak perlu menjawab panjang-panjang, cukup jelaskan kalau Homiers sedang mau ke kampus atau rumah teman. Tunggu saja mereka berpesan: “Nggih, hati-hati.”
Dibalik Canda Tawa abang becak saat kita menaiki becaknya adalah kebahagiaan bisa berbagi cerita. Sejenak melepaskan kepenatan
Sumber Gambar: http://yogyakarta.panduanwisata.idDibalik senyum pedagang kaki lima saat kau datang adalah adanya harapan bisa memberi nafkah untuk keluarga.
Sumber Gambar: http://www.ooaworld.comJangan menggerutu ketika Homiers didatangi pengamen jalanan. Mereka tidak meminta banyak. Tidak sebanyak permintaan kita ke Allah. Hehehe.. ^-^
- Kuliner
Tempat wisata kuliner Jogja adalah salah satu pesona yang dimiliki dunia kuliner Indonesia. Di Kota Gudeg, Anda dapat menjumpa banyak pilihan untuk menikmati perjalanan wisata kuliner Jogja. Salah satu yang melekat dengan Jogja adalah makanan yang terkenal dengan sebutan gudeg. Namun, makanan kuliner Jogja yang satu ini telah banyak diulas dan sedemikian populernya. Untuk memperkaya khasanah Homiers tentang dunia wisata kuliner Jogja.Beberapa diantaranya yang mungkin perlu kita ketahui mengenai kuliner di Jogja antara lain
Gudeg
Alangkah tidak sah, ke Jogja tanpa acara makan gudeg. Banyak spot-spot di Jogja yang menyediakan berbagai kuliner seperti ini.
Sate Klatak
Yogyakarta memiliki berbagai macam kekayaan kuliner yang memperkaya potensi wisatanya. Banyak sekali kuliner menarik yang dapat ditemukan di Kota Yogyakarta. Sate adalah salah satu macam kekayaan kuliner tersebut. Tapi tunggu dulu Homiers, Terdapat sate yang berasal dari Yogyakarta yang tidak bisa dijumpai di wilayah lain dan bentuknya berbeda dengan sate-sate kebanyakan. Tersebutlah sate Klatak yang berada di pasar Jejeran, Pleret, Bantul Yogyakarta. Karena lokasi yang digunakan saat siang digunakan sebagai pasar tradisional, maka Sate Klatak ini memanfaatkan lokasi pada malam hari mulai pukul 18.00 WIB.
Sate Klatak adalah sate yang berbahan dasar kambing. Yang membedakan sate tersebut dengan sate lainnya adalah pada bumbu untuk pengolahan sate. Sate Klatak tidak menggunakan bumbu kecap atau kacang melainkan hanya dibumbui dengan garam. Meskipun sangat sederhana, namun sate Klatak sangat diminati oleh pengunjung dann justru menjadi salah satu icon kuliner di Kota Yogyakarta. Keistimewaan sate tersebut tidak berhenti sampai disitu, keistimewaan lainnya dari Sate Klatak adalah pada penyajiannya. Tusuk sate yang digunakan bukan dari bambu namun menggunakan besi jeruji sepeda. Penggunaan jeruji ini dipercaya dapat menghantarkan panas yang baik sehingga daging dapat matang dengan sempurna.
Angkringan
Bagi kita yang kelaparan tapi tak punya banyak uang, maka angkringanlah salah satu alternatifnya, bagaimana tidak, angkringan menyediakan berbagai makanan dan minuman khas jawa seperti sego sambel, sate usus, tempe bakar dan sebagainya dengan harga yang relatif murah. Apalagi untuk para mahasiswa di jogja yang merantau untuk sekolah , otomatis pengeluaran untuk makan harus dihemat….. dan angkringanlah alternatifnya
Sejarah angkringan di Jogja merupakan sebuah romantisme perjuangan menaklukan kemiskinan. Angkringan di Jogjakarta dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Klaten bernama Mbah Pairo pada tahun 1950-an. Cawas yang secara adminstratif termasuk wilayah Klaten Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota. Ya, ke sini, ke Jogjakarta. Mbah Pairo bisa disebut pionir angkringan di Jogjakarta. Usaha angkringan Mbah Pairo ini kemudian diwarisi oleh Lik Man, putra Mbah Pairo sekitar tahun 1969. Lik Man yang kini menempati sebelah utara Stasiun Tugu sempat beberapa kali berpindah lokasi. Seiring bergulirnya waktu, lambat laun bisnis ini kemudian menjamur hingga pada saat ini sangat mudah menemukan angkringan di setiap sudut Kota Jogja.
Dan tentu masih banyak lagi, seperti Geblek, Makanan khas dari daerah Kulonprogo. Atau Geplak yang bisa ditemukan di Bantul. Tiwul yang banyak tersedia di daerah Gunungkidul. Jadah Tempe yang merupakan khas dari Kaliurang, Sleman. Dan tentu masih banyak lagi yang bakalan memanjakan lidah kita.
- Wisata
Sudah menjadi rahasia umum jika Wisata menjadi daya sedot paling besar bagi orang-orang untuk berkunjung ke Yogyakarta. Mulai dari Utara sampai Selatan. Dari daerah Barat sampai ke Timur. Semua daerah memiliki potensi-potensi wisata yang membuat setiap wisatawan merasa kurang jika hanya dalam waktu singkat mengunjungi Yogyakarta.Mulai dari Wisata budaya, wisata alam, sampai wisata bertemakan modern dapat ditemukan di Yogyakarta.
- Bertemu Dengan Orang Orang Baru
Banyak yang bilang bahwa Jogja merupakan minatur dari Indonesia. Mengingat di Jogja bukan saja hanya terdiri dari orang-orang asli Jogja itu sendiri, tetapi banyak sekali perantau dari daerah lain. Namanya juga kota pelajar, banyak pelajar atau mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Dari Sabang sampai Merauke. Berjajar Pulau-Pulau.Ada paling tidak 106 sekolah menengah atas di seluruh DI Yogyakarta. Jumlah universitas, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi jauh lebih banyak lagi.
Tapi bukan cuma karena jumlah mereka yang banyak, lho. Mahasiswa dan pelajar Jogja memang aktif dan “eksis” dalam kehidupan masyarakat luas. Homiers bisa melihat mereka di jalan raya, mengumpulkan dana buat acara organisasi mahasiswa atau solidaritas bencana. Ada juga yang jualan bunga mawar, jaga pameran, sampai ngamen di 0 kilometer! Tanpa mereka, kehidupan kota Jogja sama sekali tak akan sama.
Bagi yang mahasiswa, bertemu dengan sesama perantau apalagi berasal dari daerah yang sama merupakan kebahagiaan tersendiri. Kita bisa mulai berkenalan dengan orang-orang baru. Mengenal satu sama lain, bahkan sudah seperti keluarga sendiri.
Di Jogja, bukan cuma para mahasiswa yang harus menyesuaikan diri dengan Yogya. Yogya pun rela menyesuaikan diri dengan para mahasiswa yang tinggal di dalamnya. Acara-acara untuk anak muda selalu ada, dari konser musik indie sampai pameran buku tiap bulan. Kost, warung makan, penatu, warnet, semuanya mudah dicari.
Rentang harganya pun tinggal pilih, sesuai anggaranmu. Mau kost eksklusif berharga jutaan per bulan, atau kost yang akan meminta jumlah uang yang sama per tahunnya? Mau warung makan murah meriah, atau kafe-kafe yang sekarang makin menjamur? Semua kembali padamu.
Pertama kali pindah ke Jogja, Homiers masih berbicara dengan logat asli kampung halamanmu. Alhasil, teman-temanmu pun tahu kalau Homiers berasal dari luar Jawa. Biasanya sih yang kayak gini nih muslihat mereka:
Tapi, tinggal di Jogja juga mempertemukanmu dengan teman-teman terbaik dalam hidupmu.
Awalnya kalian cuma teman dalam suka: menghabiskan makan siang di kantin kampus, nongkrong sampai larut malam di angkringan pinggir Code, karaoke. Lama-lama, kalian pun mengerti bahwa yang kalian lakukan itu bukan cuma hura-hura. Sebagai sesama anak perantauan, kalian adalah keluarga baru satu sama lain. Kalian juga menjadi tempat untuk bertukar pikiran: tentang materi kuliah, tentang puisi dan buku-buku yang baru terbit, bahkan politik.Dari pribadi yang tak lebih dari sekadar anak kecil labil, kalian bisa menjadi lebih cerdas dan bijaksana. Inilah yang membedakan teman-teman yang Homiers temui di Jogja dengan kawan-kawan yang bertemu denganmu di fase hidupmu yang lainnya.
Jogjakarta memang membuatmu tak hanya sekadar tinggal, namun juga tumbuh dewasa
Ada pepatah Jawa yang mengatakan, “Wong urip kuwi mung mampir ngombe.” Hidup itu cuma sekadar numpang minum. Namun anehnya, Jogja bukan kota yang akan membiarkanmu “cuma mampir minum”. Di balik segala kenyamanan yang ia tawarkan, Homiers dituntut untuk belajar banyak hal.
Di Jogja, Homiers akan banyak bertemu orang-orang hebat. Baik itu dosen di kampus, sesama mahasiswa, guru tarimu, atau tukang parkir di apotek seberang kost-mu. Homiers juga akan pergi ke kuliah demi kuliah. Gak cuma yang wajib Homiers hadiri di kampusmu saja, tapi juga “kuliah-kuliah sunnah” di berbagai seminar dan pusat budaya. Dengan ini, Homiers bisa menyadari bahwa masih banyak orang-orang yang lebih pintar darimu di luar sana. Banyak anak muda hebat yang berkumpul di Jogja, bukan cuma Homiers saja.
Inilah bagaimana Jogja melatihmu untuk dewasa: Homiers dipaksa mengakui bahwa ada selain dirimu yang jauh lebih sempurna.
- Karena begitu banyak yang sudah Homiers pelajari, Homiers pun jatuh cinta pada kota ini
Banyak orang tak habis pikir kenapa kita yang pernah tinggal di Jogja bisa begitu mencintai kota itu. “Fanatik amat deh,” kata mereka, setengah bercanda. Tapi mereka tidak mengerti.Ketika Homiers membicarakan Jogja, yang Homiers maksudkan bukan cuma Jalan Malioboro, Tugu, atau gudeg. Yang terbersit di pikiranmu adalah ibu penjual lotek di dekat kost-mu, yang selalu bertanya tentang kelancaran studimu, progres skripsimu, atau bahkan pacarmu. Homiers merindukan saat-saat langka dimana dosen pembimbingmu menceritakan sedikit kisah dari hidup pribadi mereka. Homiers merindukan masa dimana teman-temanmu dan Homiers saling bercanda, naif dan muda.
Jogja bukan cuma bangunan atau jalan-jalan yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, Jogja adalah kehidupan para warganya. Bagaimana bisa Homiers tidak mencintai tempat yang begitu memanusiakan penduduknya?
- Dengan perasaanmu pada Jogja, pergi dari sana adalah keputusan yang berat
Sebenarnya, tidak semua orang yang pernah merantau ke Jogja bisa move on dari kota tersebut. Beberapa, karena mencintai kenyamanan kota Jogja, memutuskan untuk tinggal di sana saja. Bekerja di kota itu, kemudian memiliki keluarga.Jogja menawarkan rasa nyaman. Namun kenyamanan, bagimu, bukan segalanya. Setelah beberapa lama tinggal di Jogja, Homiers menginginkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang pasti kalah nyaman dan tenteram — namun akan membuatmu tertantang dan lebih berkembang.
Walau begitu, setelah pindah ke kota lain Homiers akan selalu bertanya di kepala: “Kapan bisa pulang ke Yogya?”
Sumber Gambar: http://www.populartags.org
- Karena Jogja adalah sebaik-baiknya kota untuk kita kembali
Ya, bagimu Jogja adalah tempat yang tepat untuk pulang.
Jogja memang tak sehebat Ibu Kota. tapi cerita & kenangannya, mampu membuat siapa saja menitikkan air mata rindu, rindu ingin mengunjunginya
Jogja memang tak semegah Ibu Kota. Tapi kesederhanaannya mampu membuat siapa saja betah dan berlama lama menikmatinya
Jogja memang tak segemerlap Ibu Kota, Tapi kenangannya, mampu membuat siapa saja rela meluangkan waktu untuk singgah walau sebentar.
Romansa Jogja.. salah satu romansa yang diburu setiap orang. Semoga romansa ini selalu terjaga ditengah modernitas yang terus berkembang.
Sumber: zettapro.wordpress.com
Gambar Utama : jogja.co