Guru Sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Guru dalam filosofi Jawa berarti digugu lan ditiru. Seorang guru adalah sosok yang harus ‘digugu’ yang artinya dipatuhi ataupun didengar dan ‘ditiru’ yang berarti sangat patut untuk dicontoh atau diteladani. Guru merupakan peranan yang sangat penting dan merupakan unsur pembentuk pada setiap lembaga pendidikan. Guru tidak hanya seseorang yang luas ilmu pengetahuanya dan mengajar dalam ruang pembelajaran. Guru dapat diartikan sebagai orang yang mengajarkan segala sesuatu, meskipun itu hanya satu huruf. Pengalaman bermanfaat yang mampu mengajari kita menjadi lebih baik juga dapat disebut sebagai guru.
Profesi seorang guru, terutama di masyarakat desa termasuk profesi yang sangat dihormati. Guru menduduki strata sosial yang tinggi, bahkan ketika ia telah pensiun. Ia dianggap sebagai sosok yang serba tahu dan menjadi tempat bertanyanya para warga. Guru juga dinilai sebagai sosok yang berakhlak mulia, bahkan kerap juga disejajarkan dengan ustadz. Selain berbagai atribut di atas, guru juga berperan penting dalam mencerdaskan putra-putri bangsa ini. Tanpa guru, tak akan ada kemajuan di bangsa ini. Maka, guru dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Gelar yang spesial, gelar yang hebat, gelar yang bukan sembarang gelar yang bisa diraih oleh profesi lainnya.
Problematika Dunia Pendidikan
Namun, apakah semua guru layak dan pantas menyandang gelar mulia itu? Apa jadinya jika dalam masa belajar mengajar tidak diselimuti oleh rasa ikhlas. Jika profesi guru dijadikan sebagai tempat tujuan mencari uang maka itu merupakan tujuan yang sangat salah. Lihat saja secara kasat mata lingkungan di sekitar kita dan pemberitaan tentang dunia pendidikan yang banyak kita ketahui saat ini. Dari sisi kualitas, selalu saja dunia pendidikan diwarnai dengan carut marut. Ujian Nasional yang seolah menjadi polemik tanpa ujung yang muncul di setiap tahunnya. Kurikulum pendidikan juga selalu ada perubahan. Dan pada akhirnya murid pun merasa jenuh dengan perubahan-perubahan yang sejatinya menjuru pada lemahnya pendidikan. Sehingga ilmu yang didapat tidak sepenuhnya bermanfaat bagi murid.
Guru yang ikhlas tidak hanya menorehkan pendidikan formal yang fokus pada materi pelajaran semata, namun guru tersebut mampu menanamkan nilai-nilai moral kehidupan sehingga bisa diterima murid agar dapat diaplikasikan dalam dunia nyata. Faktanya, dekadensi moral pelajar tidak bisa lagi ditoleran, kasus asusila pelajar seperti tak pernah ada habis menghiasi media massa dan semakin hari semakin memprihatinkan.
Belum lagi adanya tawuran, anarki pelajar, bullying dan masih banyak lagi. Hal itu, jelas cerminan sengkarut dunia pendidikan dan guru sebagai salah satu peran yang harus andil bertanggung jawab. Dalam hal inilah peran seorang pendidik sangat dibutuhkan. Pembentukan kepribadian karakter dengan pengajaran yang didasari oleh keikhlasan tanpa memandang seberapa besar gaji yang diterima. Namun, tidak semua guru dipandang dengan sorotan yang negatif. Masih banyak guru atau pendidik yang bisa mendapat gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Jasa akan keikhlasan mereka dalam mengabdikan diri serta mengamalkan ilmunya pada generasi pahlawan masa kini yang masih sangat perlu ditata moralnya.
Dipicu Dasar Keikhlasan
Pada hakikatnya setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Kita harus yakin bahwa kita dapat membedakan mana guru yang memang pahlawan tanpa tanda jasa dan mana guru yang tidak layak menyandang predikat tersebut. Oleh sebab itu, janganlah kita sekali-kali mencap sebuah profesi sedemikian rupa. Namun, haruslah kita menilik dari individu ke individu yang lain.
Gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini mampu disandang oleh seorang guru yang memiliki nilai keikhlasan, kesabaran serta kepedulian. Jadi, semua tergantung masing-masing guru yang bersangkutan. Apabila seorang guru memiliki dedikasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan Indonesia, serta tak kenal lelah dan sepenuh hati dalam membimbing siswa dan memiliki cita-cita yang luhur dalam memajukan pendidikan Indonesia. Memang beliau adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Begitu pula sebaliknya, jika seorang guru hanya mengajar asal-asalan dan hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan perkembangan siswa maka dampaknnya akan kembali pada siswa sehingga guru harus kembali belajar untuk menjadi guru yang ikhlas dalam mengajar.
Hanya seorang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang layak mendidik negeri ini. Terima kasih, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Sumber Artikel : almaata.ac.id
gambar via : bobo.grid.id